Perempuan Pembawa Perubahan

Pada Budaya Sumba yang mengutamakan kasta dan melekat dengan kehidupan mereka setiap hari  tidak memberi ruang bagi perempuan untuk partisipasi apalagi perempuan menjadi pemimpin. Laki-laki   selalu menganggap perempuan itu urusannya domestik di dapur, mengurus anak, memasak, mengurus rumah tangga.

Di Desa Umbu Ngedo, Kecamatan, Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat  Daya  pandangan dan perilaku mengutamakan laki-laki dan menganggap perempuan  masyarakat kelas dua dan tidak bisa masih sangat kental.

Ketiga tokoh penggerak perubahan yang merupakan fasilitator CIS Timor yang dihubungi secara terpisah  menceritakan  perempuan pembawa perubahan di Desa Umbu Ngedo.

PLt Kepala Desa Umbu Ngedo, Yohanis Odo Ate saat ditemui pertengahan Mei 2025 lalu mengawali ceritanya tentang kondisi di desanya sebelum dan sesudah CIS Timor melakukan pendampingan Project We for JET.

Selama ini, sebelum CIS Timor dengan projectnya masuk pandangan dan perilaku budaya terhadap perempuan hanya berurusan dengan urusan rumah tangga, memasak, mencuci, mengurus anak.

Dalam proses pendampingan ada tantangan.  Nilai-nilai kesetaran dan keadilan gender yang diajarkan memberikan kesempatan kepada perempuan untuk ada di ruang publik  mendapat tantangan besar karena dianggap mengubah tatanan yang ada dalam masyarakat.

Saat diberi kesempatan bicara perempuan selalu mengatakan ikut pendapat Bapak Desa atau Pemerintah Desa karena mereka tidak berani bicara. Berbagai strategi dipakainya bersama fasilitator agar perempuan mau bicara, menyampaikan pendapatnya.  Salah satu strategi yang dipakai yakni sering mengubah tempat pertemuan. Kalau di kantor desa mereka tidak mau bicara. Tetapi dicoba dengan pola pendekatan keseharian mereka dari satu balai ke balai lainnya, dari rumah ke rumah.

Strategi itu  lebih akrab dengan mereka sehingga berhasil. Para ibu dan anak perempuan berani menyampaikan pendapat dan ide yang cerdas. Karena terbiasa dan terlatih bicara di balai dan rumah itu terbawa saat pertemuan pada musyawarah desa. Bahkan saat pertemuan pembentukan badan usaha milik desa (BUMDes), koperasi desa mereka  terlibat.

Perubahan lainnya yakni  pemerintah desa telah mengakomodir berbagai usulan kegiatan  antara lain yakni  pembuatan tungku hemat energi, pembuatan lampu pelita hemat energi dan  penyaringan air.

Mereka menyampaikan usulan tersebut dalam musyawarah desa untuk diakomodir melalui dana desa, yaitu menaikkan air sungai dengan sistem penyaringan yang akan dibagikan kepada masyarakat. Usulan tersebut diterima dan sudah ditetapkan dalam APBDes.  Pemerintah desa telah menindaklanjuti dan mengeksekusinya pada tahap pertama.

Sebagai pemimpin desa meski belum seratus persen berubah tetapi ia bangga telah banyak perubahan pada perempuan.  Keberanian perempuan untuk tampil di ruang publik dan berbicara, menyampaikan gagasan-gagasan cerdas.

Diakuinya dirinya tak berdaya tanpa dukuangan perempuan.  “Sebagai Kepala Desa dan fasilitator saya mau jujur tanpa dukungan perempuan kami tidak berdaya,” ungkapnya.

Tidak saja perempuan tetapi juga kelompok rentan lainnya yakni disabilitas, mereka juga mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pertemuan di desa.  Mereka bisa menyampaikan aspirasinya, berkreasi dan inovasi sesuai kemampuan yang ada dalam diri mereka.

Dalam rangka HUT Sumba Barat Daya ke-18, perempuan dari tiga desa yakni Desa Waikaninyo, Desa Lokokalada, Desa Umbu Ngedo mengikuti pameran yang memamerkan hasil karya ibu-ibu. Dalam pameran tersebut ibu-ibu yang menjelaskan hasil karyanya kepada pengunjung pameran sementara kepala desa hanya mendampingi. Ini juga adalah hasil dari pendampingan CIS Timor dimana perempuan semakin percaya diri dan berani tampil di ruang publik. Kalau selama ini menjadi juru bicara (jubir) adalah laki-laki, saat ini perempuan juga sudah ada yang menjadi jubir dalam acara adat untuk proses pekawinan. Padahal sebelumnya itu sesuatu yang mutlak  dilakukan oleh laki-laki..

Semua perubahan yang terjadi di Desa Umbu Ngedo karena kontribusi CIS Timor, Oxfam dalam proses pendampingan, mendorong perempuan untuk tampil di ruang publik sehingga ada perubahan di masyarakat dalam proses pembangunan di desa. “Kami berterima kasih kepada CIS Timor dan Oxfam yang mendampingi bagi pemberdayaan masyarakat dan Energi terbarukan yang berdampak bagi kehidupan perempuan,” katanya.

 

“Hemat waktu perempuan”

Mama Yuliana Hamba Ora (49), Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat (Kaur Kesra) di Desa Umbu Ngedo, Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya yang dihubungi secara terpisah  menuturkan hal  yang sama adanya transformasi kehidupan perempuan sebagai dampak masuknya CIS Timor dan Oxfam. Sebagai Kaur Kesra aktivitasnya setiap hari mengikuti musyawarah dusun (musdus), musyawarah pembangunan desa (musrenbangdes) dan musrenbang kecamatan.

Kaur Kesra di desa adalah penggerak utama atau garda terdepan dalam upaya-upaya meningkatkan kesejahetraan masyarakat di tingkat desa.  Tugas kaur kesra mensosialisasikan program pemerintah dan memotivasi masyarakat dalam berbagai bidang ekonomi,  pemberdayaan keluarga, pemuda dan karang taruna.

Sebagai kaur kesra  juga terlibat dalam pembianaan posyandu, mengkoordinasikan kegiatan posyandu, mendampingi waktu penimbangan, pembinaan kader, perencanaan kegiatan dan pengawasan pelaksanaan posyandu.

Dia menjelaskan  dalam proses pembangunan ada LSM yang masuk di Desa Umbu Ngedo diantaranya CIS Timor. Dalam programnya tersebut CIS Timor mendorong pentingnya perempuan terlibat di ruang publik,  aktif dalam berbagai pertemuan di tingkat desa. Setelah itu, banyak perempuan terlibat dalam pertemuan-pertemuan desa, acara adat.

Dalam program CIS Timor perempuan mengikuti pelatihan pelatihan dan ada banyak hal yang didapatkan termasuk tungku hemat energi dan filter air bersih air hujan, lampu hemat energi dari minyak bekas.

Semua yang diajarkan itu menurutnya telah dipraktekkan dan dampaknya baik bagi perempuan.  Tungku hemat energi  memberi manfaat bagi perempuan khususnya dalam meringankan beban kerja domestik. Pengunaan tungku hemat energi mengurangi waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk memasak, mengumpulkan kayu bakar, menghemat penggunaan kayu bakar  dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kerja-kerja di dapur. Artinya, kayu yang dipakai jumlahnya lebih sedikit dari kayu yang dipakai selama ini pada tungku tradisional. Dicontohkannya dari sebilah kayu bisa dibelah menjadi empat. Dengan menggunakan satu potong kayu bisa menjerang air satu gayung timba dan cepat mendidih.

Manfaat lain penggunaan tungku hemat energi memberi manfaat bagi Kesehatan. Akibat asap yang dihasilkan dari kayu bakar. Tungku hemat energi  menghasilkan lebih sedikit asap dan abu sehingga lebih aman bagi Kesehatan khususnya bagi perempuan yang bekerja di dapur.  “Yang berikut ini dari segi kesehatan artinya asap kurang terlalu itu. Satu kali  keluar tidak menyebar,” ungkapnya.

Filter air hujan menurut dia, memberikan dampak yang baik bagi perempuan  dalam mengakses air bersih, penghematan waktu dan peningkatan kualitas hidup dari segi Kesehatan. Filter air hujan sangat membantu perempuan untuk mendapatkan air yang lebih bersih dan aman, mengurangi beban pekerjaan sehari-hari di mana mengambil air membutuhkan waktu yang lebih lama. Dengan filter air hujan menghemat waktu dan tenaga bagi perempuan sehingga perempuan bisa mengerjakan hal  lain di rumah atau di luar rumah.

Dengan filter air hujan perempuan mendapatkan air dimana bisa mengurangi berbagai risiko penyakit. “Filter air hujan, penyaringan air hujan. Ketika hujan, misalnya ada sisa-sisa kotoran dari seng.  Air yang jatuh dari seng bersih dan jernih, apakah air bersih 100 persen atau tidak. Karena belum ada test,” ujarnya.

Menyangkut pelita hemat energi memanfaatkan minyak-minyak bekas  sehingga tidak terbuang begitu saja. Pelita hemat energi dipakai saat emergenci atau kedaruratan dimana listrik padam atau aktivitas yang tidak bisa dijangkau penerangan listrik. “Dengan adanya minyak bekas  lampu pelita itu bisa kita gunakan di situ. Dan lampu pelita ini kita pakai pada  waktu listrik mati atau ada hal-hal kecil yang tidak bisa jangkau dari bola listrik,  bisa pakai itu. Dan itu memang bagus,” ungkapnya.

Sebagai majelis gereja hal-hal yang didaptakan pada pelatihan oleh beberapa LSM termasuk CIS Timor dibagikan kepada perempuan-perempuan lain yang tidak mendapat kesempatan. Dampaknya sudah mulai ada perempuan yang terlibat dalam rapat-rapat di tingkat desa. Perempuan juga sudah berani tampil di depan.

Ada perubahan dalam distribusi peran dalam kerja-kerja domestik. Dicontohkan sebelumnya, suami pulang dari kebun duduk manis minta istri membuatkan kopi. Jika terlambat melakukannya, istri mendapatkan kekerasan. Berbeda saat ini, suami mau minum kopi tidak lagi memerintahkan istri langsung mengambil gelas  dan menyeduh kopi sendiri.

Jadi kehadiran CIS Timor melalui program-programnya mentransformasi nilai-nilai kesetaraan dan keadilan gender berdampak pada perubahan relasi antara laki-laki dan perempuan. Sebelumnya semua pekerjaan domestik dilakukan para istri mulai dari memasak, menimba air, mengambil kayu bakar, cuci pakaian, cuci piring, mengurus dalam rumah semua dilakukan perempuan. Sekarang suami pulang kebun mandi langsung mencuci pakaiannya sendiri. Meski belum 100 persen perubahan tersebut namun  kehadiran CIS Timor melalui programnya sudah bisa membawa perubahan perempuan dan laki-laki bekerjasama dalam urusan rumah tangga.

Mama Yuliana mengungkapkan dulu    perempuan bekerja 18 jam, laki-laki hanya 8 jam. Perempuan juga sudah ada yang menjadi jubir dalam urusan perkawinan. Sesuatu yang sebelumnya menjadi otoritas laki-laki. Hal ini dakui Bapak Plt Kades sebelumnya..

Dia melihat ada perubahan dalam peran-peran perempuan di ruang publik dengan diberikannya ruang dan  kesempatan kepada perempuan. Perempuan tampil percaya diri, berani berbicara dan mengikuti berbagai pertemuan di desa.

Keterkaitannya pada tungku hemat energi karena saat sosialisasi disampaikan dan membaca buku tentang  pemakaian tungku hemat energi akan berdampak bagi kehidupan perempuan yakni menghemat waktu, menghemat kayu bakar  sehingga perempuan lebih banyak waktu untuk mengerjakan pekerjaan lain. Setelah membaca  dan melihat manfaatnya yang besar  ia membuatnya. Dengan tungku hemat energi, penghematan waktu untuk mengumpulkan kayu bakar dan penghematan kayu bakar yang digunakan, pengurangan beban kerja bagi perempuan dimana tungku hemat  energi   lebih efisien dan lebih cepat dalam memasak sehingga perempuan dapat memiliki banyak waktu  untuk kegiatan lain seperti pekerjaan di rumah atau kegiatan ekonomi lainnya bisa menenun, mencuci pakaian karena tidak harus duduk menjaga tungku seperti tungku tradisional sebelumnya. Selain itu, tungku hemat energi asapnya satu arah tidak ke -mana-mana sehingga baik untuk Kesehatan pernapasan.

Menurutnya, tidak  ada hambatan yang berarti dalam penggunaan tungku hemat energi. Hanya saja mungkin saat membuat tungku tidak maksimal campurannya, tidak menggunakan besi  sehingga mudah pecah.

Menyinggung tanggapan masyarakat pemakaian tungku hemat energri, dia mengatakan masyarakat  merespon baik dan mengatakan tungku hemat energi itu bagus. Hanya kendalanya rumah mereka, rumah panggung dari bambu yang takut apinya merambat dan terbakar.

Rencananya ia akan mengumpulkan warga untuk sama-sama mengumpulkan uang di luar dana yang dibagikan untuk sama-sama membeli bahan ada yang membeli semen,  menanggung besi. Jadi bergotong royong membuat tungku hemat energi.

 

“Komunitas Kerekabaca”

Budaya Patriarkhi (budaya yang mengutamakan atau mengistimewakan laki-laki) di Desa Umbu Ngedo, Sumba barat Daya yang kental telah menempatkan Mama Silvia Guber Derita dan perempuan-perempuan yang hanya ada dalam rumah dan mengurus hal-hal yang domestik.

Rutinitas mama-mama termasuk mama desa, pekerjaannya hanya mengurus rumah tangga, memasak di dapur, mengurus anak dan segala pekerjaan rumah yang dianggap laki-laki sebagai pekerjaan perempuan.  Jangan heran berbagai pertemuan di desa dari yang biasa sampai strategis pengambilan keputusan perempuan tidak pernah dilibatkan.

Situasi berubah ketika CIS Timor masuk, melakukan pendampingan dan mengadvokasi nilai-nilai adil gender kepada masyarakat. Dalam proses-proses pendampingan tersebut para perempuan maupun laki-laki mendapatkan penjelasan pentingnya kesempatan  bagi perempuan untuk aktif dalam berbagai pertemuan di desa baik yang strategis maupun tidak strategis sehingga perempuan semakin percaya diri dan berani bersuara.

“Kami sangat berterima kasih kepada CIS Timor karena mendampingi kami dan memberikan kami kesempatan ikut pertemuan-pertemuan dan bersuara,” ungkapnya.

Berbagai pertemuan di level dusun, musyawarah dusun hingga Musrenbagdes di tingkat desa, perempuan tidak saja bersuara tetapi suara perempuan didengar dan diakomodir. Beberapa usulan perempuan diterima seperti kebutuhan air bersih yang akan segera direalisasikan. “Puji Tuhan kami tidak sekedar diberi kesempatan bersuara, tetapi suara kami didengar. Usulan air bersih kami diterima dan akan direalisasikan,” ucapnya.

Menurut dia, dengan terakomodirnya usulan perempuan air bersih  dan air minum akan mengurangi beban kerja perempuan. Waktu untuk megambil air yang cukup jauh, dengan penyaringan air  hujan di kediaman warga maka waktu  lebih efisisen untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang lain maupun yang bernilai ekonomis seperti menenun.

Yang menguntungkan bagi mereka kelompok perempuan dengan adanya komunitas kerekabaca dimana dalam komunitas tersebut mereka mendiskusikan kelebihan dari tungku hemat energi, kelemahannya apa, mencari jalan keluar terhadap kelemahan tersebut, juga lampu hemat energi. Komunitas ini juga memberi manfaat bagi menghidupkan budaya diskusi, gotong royong dan semangat keswadayaan.

Untuk lampu hemat energi dari minyak bekas, tungku hemat energi sudah dipraktekkan dari yang satu lubang, dua lubang. Dua lubang satunya dipakai untuk pemanggangan. Dengan tungku hemat energi beban kerja perempuan berkurang dengan waktu mengambil kayu bakar semakin efisien tidak terlalu lama karena dengan tungku hemat energi jumlah pemakaian  kayu bakar tidak sebanyak tungku tradisional.

“Kami bersyukur beban kerja kami untuk pengambilan kayu bakar yang selama ini lebih banyak memakan waktu untuk pergi ambil kayu bakar di hutan yang lumayan jauh juga dari rumah. Tapi sekarang berkurang bisa dalam seminggu ini kami satu kali pengambilan kayu tapi bisa untuk satu minggu baru kami ambil lagi. Jadi waktu-waktu yang lain itu bisa kami gunakan untuk pekerjaan-pekerjaan lain,” tuturnya.

Pembuatan penyaringan air hujan juga menguntungkan perempuan. Selama ini perempuan harus mengambil air di kali yang jaraknya jauh empat kilometer dimana pergi dari pagi hari baru pulang sore hari. Pengambilan air yang jauh memasak untuk makan malam, mandi. Tetapi saat ini perempuan-perempuan membutuhkan air tidak harus mengambilnya lagi di kali. Meski belum semua masyarakat menggunakan proses penyaringan air hujan mama desa  sudah mencoba dan hal itu menguntungkan dirinya, tidak perlu lagi ke kali sehingga waktu yang lain dimanfaatkan untuk aktivitas lain.

Ia sependapat dengan Mama Yuliana dan Bapak desa kalau dalam sehari waktu lebih banyak untuk bekerja adalah perempuan sekitar delapan belas  jam sementara laki-laki hanya delapan jam. Perempuan mengurus semua urusan domestik sementara laki laki mencari nafkah saja.

Selain perempuan terlibat dalam pertemuan di dusun, desa, aktif bersuara, usulan diterima, ada kemajuan bahwa di struktur desa ada kaur perempuan. Jadi CIS Timor juga berhasil mendorong kepemimpinan perempuan di ruang publik. Perempuan juga mengikuti pameran, dan menjelaskan kepada pengunjung pameran. Artinya perempuan semakin percaya diri dan mempunyai keberanian untuk tampil.

Tidak semudah membalik telapak  tangan dan semua pihak bisa menerima perubahan-perubahan yang sudah sangat lama menjadi tradisi di masyarakat. Meski ada yang menolak tetapi tak sedikit banyak bapak-bapak dan laki-laki yang menerima nilai-nilai baru keadilan, kesetaraan gender  dalam relasi perkawinan, rumah tangga dengan aktif mengambil kayu bakar, menggendong anak, mencuci pakaiannya sendiri dan sadar dengan pembagian kerja ayang adil, menggunakan  teknologi tepat guna seperti tungku hemat energi, lampu hemat energi dan penyaringan air hujan perempuan bisa cepat istirahat.

Baik Bapak PLt, Bapak Kepala Desa dan bapak-bapak di Desa Umbu Ngedo jujur mengakui keterlibatan perempuan di ruang publik telah memberikan daya dorong bagi perubahan di Desa Umbu Ngedo sehingga perempuan dilihat sebagai pembawa perubahan bagi masyarakat. (*)

 

 

 

 

Share your love
Avatar photo
Alain Oematan
Articles: 35

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *