Sucsess Story
Community Organizer Silawan Youth
“Ojek yang Disiplin”
Pada bulan september 2017 yang lalu saat melakukan profiling kepada calon Communty Organizer (CO) Pemuda Silawan dalam program Suara Pemuda Perbatasan yang bekerja sama antara CIS Timor dan Voice Indonesia, sudah 24 orang pemuda yang di profiling dan masih tersisah satu orang lagi sehingga melengkapi menjadi 25 orang.
Salah satu anggota CO perempuan yang sudah di profiling bernama Margarthe Rouk mengatakan bahwa “ Masih ada satu pemuda yang selama ini kami ajak tapi dia selalu menolak, dia itu Ojek. Dia selalu menghindar dengan mengatakan kalau mengikuti kegiatan seperti ini akan menyita waktu kerja ojeknya”!. “Sebaiknya perlu ada pendekatan lagi dengan memberikan penjelasan yang detail, mungkin dia belum tahu maksud dan tujuan dari kegiatan ini Pak, nanti kami coba lagi” lanjut Rina sapaan akrab nya.
Tukang ojek yang dibicarakan bernama Benedictus Luan dan lebih dikenal dengan sapaan Stuben. Saat pertemuan awal untuk diprofiling Stuben masih minder atau malu-malu. Menurut kawan-kawan ini pertama kalinya dia bergabung dalam organisasi pemuda di desa yang didampingi oleh Lembaga dari luar desa.
Setelah selesai di profiling Stuben mengatakan siap untuk selalu terlibat dalam kegiatan. Hal ini kemudian menjadi tantangan bagi kami bahwa apakah dia hanya sekedar masuk dan hanya ikut-ikutan atau memang serius untuk mengikutinya.
Stuben salah satu angota yang hanya menamatkan Pendidikan di tingkat Sekolah Dasar dari sebagian pemuda lainnya yang rata-rata menamatkan sekolah di tingkat SMA. Dalam beberapa bulan kegiatan berjalan mulai dari sosialisasi awal program, sekolah CO sesiom 1 sampai session 3, Stuben selalu hadir paling awal atau minimal selalu tepat waktu sesuai undangan, sedangkan pemuda yang lain masih ada yang terlambat.
Selain hadir paling awal, dia juga kerap melakukan tanggapan dari penjelasan fasilitator seperti menanyakan tentang mengapa harus ada raskin? dan kenapa orang yang malas kerja harus di beri raskin? orang malas tidak perlu di kasih raskin, nanti tidak mau berusaha dan hanya mengharapkan pemerintah saja” kata Stuben. Hal ini tentunya mengagetkan teman pemudanya yang lain, karena selama ini Stuben dikenal dengan pemuda jalanan dan belum pernah mengikuti organisasi kepemudaan seperti ini. Bahwa ini adalah awal dari seorang Stuben yang mulai belajar memberikan tanggapan atau sanggahan dari pertemuan atau pelatihan di sekolah CO ini.
Stuben juga sering aktif di Whatshap Group CO Pemuda Silawan. Dia sering bertanya di WA group jika pemuda lainnya memuat diskusi kecil di dalam group, dan juga menghimbau teman-teman pemuda dengan kalimat “ Kalau setiap kali pertemuan jangan datang terlambat dan datang harus tepat waktu”! Rupanya Stuben belajar banyak dari sekolah CO yang Ia ikuti selama ini.
Selain Ojek, Stuben juga bekerja di Pos Linta Batas Negara sebagai penulis Format Kartu Imigrasi untuk Pelintas batas baik dari Indonesia maupun Timor Leste, sekali menulis dihargai dengan biaya $1.00 USD (Rp.13.500) dan juga kadang membantu para pelintas yang melintas baik datang maupun pergi ke dan dari Indonesia Timor Leste, karena situasi Pandemi COVID-19 maka pekerjaan yang Ia lakoni ini berhenti untuk sementara waktu sebab pintu perbatasan kedua negara ditutup. Karena kedisiplinannya, saat ini Stuben membantu tentara perbatasan dalam kegiatan dimasyarakat dan juga patroli perbatasan, termasuk didalamnya penanaman tanaman holtikultura di pos tentara perbatasan.
Inilah si Ojek yang disiplin, selalu datang tepat waktu dikala ada kegiatan, mulai dari yang malu-malu lambat laun menjadi yang terdepan dalam berdisplin waktu dan selalu ada dalam kegiatan.