MENGHADANG COVID-19 DI SD NEGERI SAKTEO

MENGHADANG COVID-19 DI SD NEGERI SAKTEO

Oleh Dody Kudji Lede

Berada 117 Km dari Kota Kupang, dan hanya berjarak 8 Km dari Kota SoE, Ibu kota Kabupaten Timor Tengah Selatan, SD Negeri Sakteo berdiri di tengah-tengah Desa Binaus, yang juga adalah ibukota Kecamatan Mollo Tengah. Lokasi sekolahnya cukup strategis, karena selain berdampingan dengan SMP Negeri Sakteo dan Kantor Desa Binaus, dekat juga dengan kantor Camat Mollo Tengah dan bahkan Puskesmas Binaus, satu-satunya Puskesmas rujukan COVID-19 di kecamatan ini yang hanya berjarak 200 meter dari sekolah ini.

Selama pandemi COVID-19, SD Negeri Sakteo juga terkena imbas sehingga pembelajaran tatap muka pun terhenti dan berganti dengan kegiatan belajar dari rumah yang penuh dengan tantangan, selain faktor jaringan internet yang terbatas, Ibu Dorintje Pah, S.Pd, Kepala SD Negeri Sakteo secara gamblang menggambarkan tantangan lain sekolahnya selama pandemi ini adalah tidak semua siswa atau orang tua memiliki handphone android yang bisa dipakai untuk menunjang kegiatan belajar dari rumah, hal ini menyebabkan pelajaran yang diajarkan kepada siswa-siswi tidak efektif bahkan tidak dimengerti dengan baik oleh mereka. Guru hanya memberikan tugas kepada siswa dengan harapan orang tua membantu anak belajar dan mengerjakan PR. Namun kenyataan yang terjadi anak-anak sering lalai mengerjakan PR karena asyik bermain dengan teman sebaya, sehingga tugas yang seharusnya dikerjakan oleh anak-anak malah dikerjakan oleh orang tua. Bahkan orang tua yang sibuk bekerja di kebun dan mengurus ternak biasanya tidak ada waktu untuk menemani anak mereka belajar atau mengerjakan PR.

Setelah dua tahun bergulat dengan pembelajaran jarak jauh, akhirnya pada bulan september 2021 pemerintah mengijinkan kegiatan tatap muka terbatas dilakukan di sekolah-sekolah termasuk SD Negeri Sakteo.

“Sekolah hanya diijinkan melakukan proses pembelajaran tatap muka terbatas mulai dari hari senin sampai hari jumat, dengan waktu belajar dari jam 08:00 pagi sampai jam 10:00 pagi. Sehingga jam efektif sekolah yang semulanya 5 jam berkurang menjadi 2 jam.” Kata Ibu Doritje Pah menjelaskan kondisi yang terjadi.

Namun, masih ada tantangan lain yang harus dihadapi SD Negeri Sakteo untuk bisa menggelar kegiatan tatap muka, yakni sejumlah syarat protokol kesehatan harus dipenuhi. Salah satunya adalah ketersediaan air bersih dan tempat cuci tangan yang terbatas.

“Tempat cuci tangan yang ada disekolah adalah tempat cuci tangan dari wadah plastik yang dipasang keran. Tempat cuci tangan tersebut boros air, karena saat anak-anak mencuci tangan, air yang keluar dari keran sangat banyak sehingga air dalam wadah tersebut cepat habis. Apalagi di musim kemarau, debit air sangat kurang dan terbatas akibatnya sekolah harus membeli air tanki untuk memenuhi kebutuhan air di toilet dan tempat cuci tangan.” Jelas Ibu Doritje lagi.

“Namun, setelah WASHaLOT yang didistribusikan ke SDN Sakteo sebanyak 3 buah digunakan oleh warga sekolah, kami sangat merasakan manfaatnya.” Kata ibu Doritje tentang WASHaLOT yang didistribusikan oleh personil CIS Timor. Ia juga mengatakan bahwa pada saat musim kemarau dan debit air kurang, pihak sekolah dapat terbantu karena penggunaan air untuk WASHaLOT ini sangat sedikit,  “Sekali diisi penuh, cukup lama airnya dipakai.” timpalnya.

“Kami sangat bersyukur dan berterima kasih sudah mendapatkan bantuan tempat cuci tangan. Ini model baru. Kalau tempat cuci tangan yang ada di kami itu pakai wadah biasa yang pakai keran. Kalau yang baru ini modelnya seperti pipa panjang dengan banyak keran air. Pas anak-anak cuci tangan air yang keluar juga hanya sedikit jadi hemat air, jadi pakai lama baru air habis. Kalau yang kami punya itu sangat boros air. Kami juga dekat dengan puskesmas Binaus, jadi pernah petugas datang untuk mau vaksin anak-anak terus mereka lihat ini tempat cuci tangan yang di kasih dari CIS Timor, mereka tanya bilang itu apa? Jadi saya kasih tahu bilang itu tempat cuci tangan kami dapat bantuan dari CIS Timor. Jadi petugas puskesmas bilang ini tempat cuci tangan kami baru lihat, bentuknya juga keren. Pokoknya beda dari yang kami sudah lihat. Setelah itu mereka langsung minta ijin untuk cuci tangan di itu tempat cuci tangan. Setelah selesai cuci tangan mereka bilang ini tempat cuci tangan hemat air dan tidak mudah pecah karena pipanya tebal.” Kata Ibu yang telah memiliki 3 orang cucu ini.

Selain WASHaLOT, relawan CIS Timor juga mendorong pembentukan Satgas COVID-19 di sekolah. Satgas yang dibentuk kemudian bertugas memonitor protokol kesehatan di sekolah agar berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Termasuk pembagian piket yang harian dan pengecekan suhu tubuh dan penggunaan masker bagi para siswa dan guru maupun pengunjung lain yang akan masuk ke dalam lingkungan sekolah.

Pada awalnya, pengecekan suhu tubuh dan masker sulit dilakukan karena sekolah tidak memiliki pintu gerbang, sehingga semua orang bisa masuk ke sekolah dari semua arah. Hal ini juga menyebabkan tidak ada siswa maupun guru yang terpantau mencuci tangan sebelum masuk kelas. Memantau 138 siswa yang masuk sekolah dari berbagai arah menjadi tantangan tersendiri yang akhirnya bisa diatasi dengan dibentuknya Satgas COVID-19 di sekolah. Tim Satgas kemudian menghimbau semua siswa dan guru untuk masuk hanya lewat bagian depan sekolah, sehingga penerapan protokol kesehatan dapat dilakukan, dimulai dari pengecekan suhu tubuh, hingga penggunaan masker yang benar.

“Apabila ada siswa yang tidak menggunakan masker, sekolah menyediakan bagi mereka walaupun jumlahnya sangat terbatas. Setelah itu siswa akan diarahkan oleh guru untuk mencuci tangan baru diperbolehkan masuk ke dalam kelas” jelas ibu 59 tahun ini tentang prosedur yang saat ini berlaku di sekolah mereka.

Sejak didampingi oleh CIS Timor bulan Oktober 2021, SD Negeri Sakteo mulai banyak menunjukkan perubahan dalam penerapan protokol COVID-19 di sekolah. Komitmen Ibu Doritje Pah selaku kepala sekolah untuk menghindarkan para warga sekolah dari virus corona ini diikuti dengan tindakan nyata yang dilaksanakan dengan konsisten.

“Mama kepala sekolah itu orangnya disiplin dengan aturan. Kalau ada undangan atau kegiatan yang berkaitan dengan sekolah, mama Pah sangat merespon dengan baik. Mama berusaha untuk hadir di kegiatan itu dan menerapkan arahan-arahan dari dinas. Mama Pah juga baik dengan semua guru dan suka mengajak guru-guru untuk perubahan yang baik”. Kata Zadrakh Mika Belly, S.Pd, guru PJOK di SDN Sakteo ketika diminta tanggapannya terhadap apa yang telah dilaksanakan oleh oleh Doritje Pah.  #dkl

Share your love
Avatar photo
TeiceBenu
Articles: 10

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *