BELAJAR DARI SEKOLAH MODEL

Oleh Dody Kudji Lede

Sebagai bagian dari sharing knowledge tentang persiapan pembelajaran tatap muka dalam menghadapi pandemi, Project HBCC Kerjasama GIZ Jerman dan CIS Timor menggelar kegiatan yang bertajuk Lokakarya Pembelajaran Kesiapan Sekolah Melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka di Masa Pandemi dan Kunjungan ke Sekolah Model. Kegiatan yang dilaksanakan secara serentak di tiga zona pendampingan ini berhasil dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2022. Di zona utara, kegiatan dipusatkan di SD Inpres Ajaobtomas, Zona Tengah berlokasi di SD Negeri Oekamusa, dan Zona Selatan bertempat di SD Inpres Noesopu.

Kegiatan ini melibatkan 165 orang peserta yang terdiri dari 25 orang Kepala Sekolah dampingan Program HBCC, 30 sekolah tambahan yang pernah mendapat bantuan dari program HBCC tapi bukan sekolah dampingan, pengawas sekolah, stakeholder tingkat kabupaten, serta kepala sekolah non-program yang tidak mendapat bantuan dari program.

Secara khusus, sekolah non-dampingan program diundang untuk dapat melihat dan mendengar langsung pengelolaan persiapan dari sekolah-sekolah dampingan Program HBCC sesuai dengan ketentuan SKB 4 Mentri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19. Diharapkan melalui kegiatan ini, sekolah non-dampingan bisa mendapatkan informasi yang jelas tentang langkah-langkah yang harus dilaksanakan maupun nilai-nilai baik lainnya yang dapat diterapkan langsung agar dapat menjalankan pembelajaran tatap muka yang efektif dengan tetap taat pada protokol kesehatan sebagaimana yang diisyaratkan dalam SKB 4 Mentri.

Pembukaan kegiatan yang dilaksanakan secara paralel ini, dipusatkan di SD Negeri Oekamusa dan diikuti secara daring melalui aplikasi Zoom oleh peserta dari Zona Utara dan Zona Selatan. Hadir langsung untuk membuka kegiatan ini Wakil Bupati TTS Armi Konay yang didampingi oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten TTS Dominggus J. O. Banunaek, SE, direktur CIS Timor Haris Oematan, dan secara online diikuti juga oleh Tim GIZ Jakarta yang diwakili oleh Shaliha Afifah.

Dalam sambutannya, Wakil Bupati TTS Armi Konay mengucapkan terima kasih kepada CIS Timor dan GIZ yang telah membantu pemerintah TTS untuk mempersiapkan sekolah-sekolah model dalam menghadapi tatap muka di tengah situasi pandemi ini. Ia juga mengharapkan agar sekolah-sekolah yang terlibat agar dapat benar-benar memperhatikan setiap petunjuk sebagaimana yang disyaratkan dalam SKB 4 Mentri sehingga pelaksanaan pembelajaran tatap muka yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan menghindarkan anak-anak dari penularan COVID-19.

“Kegiatan HBCC ini merupakan suatu mekanisme yang baik untuk kita ikut berperan dalam meningkatkan pemahaman terkait kesiapan sekolah dalam program kekuatan kebersihan dan perubahan perilaku untuk kesiapsiagaan sekolah  dalam menghadapi pandemi Covid-19. Terima kasih banyak untuk GIZ dan CIS Timor yang telah memberikan kontribusi besar kepada 25 sekolah model.” Katanya sebelum membuka kegiatan.

Di tempat yang sama, Shaliha Afifah selaku Perwakilan GIZ dalam sambutannya lewat aplikasi zoom mengungkapkan terima kasih dan kebahagiaannya melihat perkembangan project di Kabupaten TTS. Afifah juga mengungkapkan terima kasih kepada CIS Timor yang telah membantu mengimplementasikan program HBCC di 25 sekolah model, juga kepada Bupati, Wakil Bupati, serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Timor Tengah Selatan yang telah mendukung program ini sehingga dapat berjalan dengan lancar.

“Kami sangat senang melihat perkembangan dan pencapaian dari project ini di Kabupaten TTS dan mudah-mudahan kita bisa lanjutkan project ini dan melanjutkan implementasi dari dukungan kesiapsiagaan di masa pandemi untuk pembelajaran tatap muka terbatas sampai dengan seterusnya walaupun GIZ sudah selesai project di akhir februari ini.” Ungkap Afifah melanjutkan sambutannya. Selain itu, Afifah juga berharap Dinas P dan K dapat mereplikasi program ini di sekolah-sekolah lain di Kabupaten TTS, sehingga siswa-siswi dan guru dapat melakukan pembelajaran tatap muka terbatas secara aman dan nyaman. Ujarnya sebelum menutup sambutan singkatnya.

Senada dengan Afifah, Haris Oematan dalam kapasitas sebagai direktur CIS Timor dalam paparannya tentang program juga menjelaskan bahwa prinsip program ini adalah untuk Kesehatan dan keselamatan peserta didik, tenaga kependidikan, dan warga masyarakat sebagai prioritas utama dalam menetapkan kebijakan pembelajaran di masa pandemi.

“Kegiatan kita ini mendukung kebijakan di level nasional yaitu mendukung kesiapan pendidikan dalam pembelajaran tatap muka terbatas di masa pandemi.” Ujarnya. Lebih lanjut ia juga menjelaskan hasil-hasil yang berhasil dicapai oleh Program HBCC antara lain sosialisasi terkait dengan kesiapsiagaan dan rencana pelaksanaan dan SOP dari petugas kebersihan dan Checklist. Di mana sekolah-sekolah setiap hari ada check list yang diisi dan harus dikirim ke link. Kegiatan selanjutnya adalah distribusi fasilitas cuci tangan Portable atau WASHaLOT, distribusi paket kebersihan, distribusi materi KIE, kunjungan rutin untuk memantau pelaksanaan langkah-langkah menggunakan Formulir Kemajuan dan pengkodean Kemajuan Sekolah serta memfasilitasi pertemuan umpan balik dengan pemangku kepentingan utama tentang tindakan PPR.

“Ada informasi bahwa di Kabupaten Timor Tengah Selatan sudah ada beberapa desa menganggarkan 8% dana desa untuk mendukung kesiapan sekolah dalam pencegahan covid. Untuk media komunikasi banyak yang kami berikan berupa bantuan stiker panduan singkat bagi kepala sekolah, daftar periksa, prosedur pembersihan, poster pengingat dan stiker tata krama penggunaan toilet. Adapun pertukaran pembelajaran antar sekolah peserta dan pertukaran pembelajaran kesiapsiagaan dan respons pandemi sekolah bagi stakeholder pemerintah di luar area percontohan. Dari kota Kupang, Kabupaten Kupang, TTU, Belu dan Malaka datang berkunjung dan belajar dari sekolah yang ada di TTS terkait bagaimana kesiapsiagaan di tengah pandemi.” Kata Haris menjelaskan pencapaian programnya.

Kegiatan selanjutnya diisi dengan pemaparan materi, di mana masing-masing zona diisi oleh pemateri yang berbeda. Di Zona Utara disampaikan oleh Jamory Liunokas selaku Sekretaris Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kabupaten TTS dengan materi tentang penyesuaian SKB 4 Menteri tentang  Panduan Pembelajaran di masa  Pandemi Covid-19, di Zona Tengah disampaikan oleh Kepala Dinas P dan K, Dominggus J. O Banunaek, SE, sementara di Zona Selatan disampaikan oleh Yohanis Benu, Sh, M.Si selaku Kepala Bappeda TTS.

Di SD Inpres Ajaobtomas, Jamory Liunokas menjelaskaan bahwa tanggung Jawab Dinas Pendidikan dan Kantor Kemenag antara lain memastikan kesiapan satuan pendidikan untuk pembelajaran tatap muka terbatas dengan aman, berkoordinasi dengan satuan tugas penanganan COVID-19 dan dinas kesehatan serta dinas perhubungan setempat atau pihak lain terkait dalam hal kondisi warga satuan pendidikan terdampak Covid-19, pembinaan dan pengawasan protokol kesehatan, tindak lanjut temuan kasus konfirmasi, akses transportasi yang aman dan pengaturan kegiatan di sekitar satuan pendidikan yang menimbulkan kerumunan. Memberikan peningkatan kapasitas kepada pengawas satuan pendidikan, kepala satuan pendidikan, dan pendidik, simulasi pelaksanaan PTM terbatas, memantau tingkat kepatuhan satuan pendidikan terhadap prosedur PTM Terbatas dan protokol kesehatan, asesmen ulang kesiapan satuan pendidikan yang melanggar protokol kesehatan, memantau dan menindaklanjuti notifikasi kasus hitam dengan mengkonfirmasi kepada satuan pendidikan, memastikan sudah ditangani dan koordinasi dengan dinas kesehatan untuk penanganan lebih lanjut, pelaporan PTM terbatas, kebijakan PTM di daerahnya, verifikasi kesiapan PTM sesuai daftar periksa, evaluasi dan validasi PTM terbatas, satuan pendidikan yang dihentikan sementara, menyiapkan mekanisme pelaporan dan pengaduan masyarakat dan menugaskan satu orang yang bertanggung jawab terhadap pendataan.

Selanjutnya ia juga menjelaskan bahwa tanggung jawab satuan pendidikan yaitu mengisi dan memperbaharui daftar periksa pada laman link kemendikbud, melakukan skrining bagi tamu dan warga satuan pendidikan yang hadir maupun yang pulang dari satuan pendidikan dengan memanfaatkan aplikasi PeduliLindungi, memantau dan menindaklanjuti temuan kasus konfirmasi dan kontak erat COVID-19, membentuk satuan tugas penanganan COVID-19 di satuan pendidikan dan membuat Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Pendidikan (RKAS) terkait pendanaan kegiatan sosialisasi, peningkatan kapasitas, dan pengadaan sarana prasarana sanitasi, kebersihan, dan kesehatan satuan pendidikan, membuat surat pernyataan pada awal pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas dari pendidik, tenaga kependidikan dan orang tua/wali peserta didik yang berisi pernyataan kesediaan untuk dilakukan tes COVID-19.

Jamory juga berharap agar semua guru, siswa, dan orang tua juga bersedia untuk divaksin. “Tidak hanya guru yang di vaksin namun orang tua dan para siswa juga harus di vaksin sehingga apabila dalam satu rumah semua sudah di vaksin maka siswa yang ada di rumah tersebut aman bersekolah.” Katanya lagi.

Sementara itu, Kepala Bappeda TTS dalam sambutannya di SD Inpres Noesopu pada Zona Selatan juga mengungkapkan terima kasihnya kepada CIS Timor dan GIZ yang telah menyelenggarakan lokakarya dan pembelajaran bagi anak didik dan juga guru-guru dalam menghadapi pandemi covid ini.

“Menurut saya hal ini sangat positif membantu pemerintah daerah untuk mengedukasi masyarakat agar siap terhadap pandemi covid yang sementara ini berlangsung dan kita tidak tahu entah kapan berakhir. Karena itu dengan adanya kegiatan ini membantu mengedukasi siswa, guru, bahkan juga berdampak kepada orang tua di rumah, sehingga ke depan mereka taat kepada protokol kesehatan yang ada.” Katanya.

“Harapan kami pemerintah daerah agar kegiatan ini terus berlanjut, walaupun nanti mungkin ada masanya untuk berakhir dari sisi intervensi teman-teman CIS dan GIZ, tapi harapan kami ini terus dilakukan oleh guru, dan juga murid serta orang tua, sehingga ke depan kita bisa tahan terhadap virus ini. Paling tidak kita ada upaya preventif untuk mencegah virus menyebar.” Ujarnya mengungkap harapannya mewakili pemerintah daerah.

Di tempat yang sama, Kepala SD Inpres Noesopu, Marci E. Nenohaifeto, S.Pd. SD dan Yaner Lopo dan SD GMIT Kolbano mendapat kesempatan untuk berbagi pengalaman mereka selama didampingi oleh CIS Timor dan Program HBCC. Marci sendiri lebih banyak berbagi tentang kiat-kiat yang dilakukan sekolah untuk anak-anak selama kegiatan tatap muka dengan menjalan protocol Kesehatan ketat dan menjalankan amanat yang tertuang dalam SKB 4 mentri. Sementara Yaner lebih banyak bercerita tentang peran dokter kecil yang mereka bentuk di sekolah.

Marci bercerita bahwa pada awalnya mereka berpikir bahwa masker yang mereka pakai bisa dipakai untuk jangka waktu yang lama, termasuk masker medis.

“Bahkan ketika pulang rumah, maskernya kita simpan atau gantung, dan kalau ada keluarga yang datang dan melihat kalau masih bagus lalu diambil dan dipakai lagi oleh keluarga yang lain.” Katanya mengenang masa awal pandemi.

“Ketika tim CIS Timor datang dan sosialisasi kepada kami, kami kaget dan merasa bersalah karena ternyata selama ini kami sudah salah.” Akunya lagi.

“Ketika kami dilengkapi dengan sarana yang diberikan oleh CIS Timor, kami mulai belajar dan mulai ada perubahan-perubahan. Karena itu kami mengajak teman-teman semua untuk melihat langsung hasil yang ada. Kami telah memperbaiki manajemen sekolah, membentuk satgas covid, dan melatih

dokter kecil.  Setelah itu kami dari pihak sekolah rapat bersama untuk meningkatkan kegiatan sekolah dengan tatap muka penuh. Yang berikut, kebijakan-kebijakan kami buat sesuai dengan sekolah kami. Jadi apa yang dibutuhkan sekolah, kami sepakati dengan tim covid bersama komite dan angkat melalui Rencana Kerja Sekolah (RKS) Dana BOS, kami masukan kebijakan-kebijakan ini sehingga ketika LSM sudah tidak ada kita jangan stop pola hidup sehat ini.“ Kata Ibu Marci menjelaskan proses yang terjadi di sekolahnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Yaner Lopo saat menjelaskan kondisi yang terjadi di SD GMIT Kolbano. Ia menjelaskan bahwa kendala yang dihadapi di sekolahnya adalah kurangnya fasilitas untuk mendukung kebijakan dengan taat pada Protokol kesehatan dan menjalankan pola hidup bersih dan sehat.

“Dengan fasilitas yang terbatas, ketika anak-anak kita dorong untuk bersama memerangi pandemi covid ini, secara mental mereka siap lakukan tetapi akibat fasilitas yang terbatas, maka kita mau suruh mereka buat apa-apa juga susah.“ Katanya mengawali cerita.

“Tetapi setelah kita kami menerima fasilitas dari CIS Timor, kami juga sosialisaikan kepada warga sekolah dan sekitarnya. Kami juga membentuk satgas Covid sekolah, dokter kecil, meningkatkan kesadaran tenaga pendidik dan kependidikan yang ada di sekolah, agar sebelum membimbing anak-anak untuk pola hidup sehat, kita juga harus memberi teladan. Kita dorong untuk memakai masker, cuci tangan ketika datang di sekolah, dan ketika pulang sekolah. Kita juga dorong anak-anak untuk membersihkan toilet-toilet.“ Lanjutnya menjelaskan strategi yang dilakukan oleh sekolah.

Menurutnya, dokter kecil juga turut berperan aktif dengan membantu guru piket untuk turut memperhatikan fasilitas yang sudah dibagikan kepada mereka agar dapat dimanfaatkan dengan baik, mengontrol penggunaan hingga perawatan. Mereka juga ditugaskan untuk mengingatkan teman yang tidak memakai masker, dan menyimpan kembali barang-barang yang dipakai bila telah selesai jam sekolah.

“Dampaknya ke masyarakat adalah dari brosur dan poster edukasi yang kita tempel di sekolah, sehingga ketika ada masyarakat yang lewat mereka bisa melihat dan membaca. Beberapa orang tua bahkan ada yang datang meminta penjelasan tentang poster-poster yang ada.”

Sekolah-sekolah non-dampingan program yang diundang hadir dalam kegiatan ini bahkan mengakui pencapaian yang telah dicapai oleh SD Inpres Noesopu dari apa yang telah mereka saksikan langsung dan juga mendengar penuturan dari kepala sekolah tentang hal-hal yang sudah dilakukan di sekolah ini.

Yaner Tlonaen dari SD Negeri Batun yang hadir dalam kesempatan itu mengatakan bahwa meski sekolahnya tidak mendapat bantuan sama sekali, tetapi ia akan berusaha dengan Dana BOS yang ada untuk menyediakan fasilitas cuci tangan bagi sekolahnya.

“Kami berterima kasih kepada Ibu Kepala SD Inpres Noesopu dan Pak Yaner dari SD GMIT Kolbano yang sudah berbagi informasi sebagai sekolah model untuk penerapan perubahan perilaku hidup sehat di sekolah, kami juga akan melakukan itu di sekolah kami. Dan kalau ada tambahan sekolah di Kecamatan Kolbano, kami sekolah-sekolah yang lain mungkin bisa dilibatkan.“ Katanya menutup tanggapannya dengan harapan agar sekolahnya dapat dilibatkan dalam program di masa mendatang.

Setelah sesi sharing berakhir, kegiatan kemudian ditutup dengan penandatanganan komitmen bersama untuk memerangi pandemi dengan taat pada Protokol Kesehatan di sekolah dan di lingkungan masyarakat.

Share your love
Avatar photo
TeiceBenu
Articles: 10

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *