Geliat Dokter Kecil Melawan COVID-19 di SD Negeri Oekamusa
Oleh Dody Kudji Lede
Hari Cuci Tangan Sedunia yang dilaksanakan di Kota SoE menjadi babak baru bagi SD Negeri Oekamusa untuk melangkah menghadapi ancaman COVID-19, sebab pada momen inilah, sekolah-sekolah yang diundang mendapat sosialisasi SKB 4 Mentri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Di Masa Pandemi COVID-19. Ini berarti bahwa mereka sudah boleh melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah setelah hampir dua tahun bergulat dengan kegiatan belajar online.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh CIS Timor dengan dukungan dari GIZ ini dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 2021 di Aula Mutis, Kota Soe sekaligus sebagai ajang kick off Program Hygiene Behavior Change Coalition (HBCC). Program ini bertujuan memanfaatkan kekuatan kebersihan dan perubahan perilaku untuk melawan pandemi COVID-19 di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Kalau selama ini disebut belajar online, sebenarnya tidak juga bagi kita karena rata-rata orang tua di sini tidak banyak yang memiliki handphone cerdas sehingga kita minta orang tua atau anak-anak untuk mengambil tugas di sekolah baru dikerjakan di rumah. Setelah selesai dikerjakan baru mereka mengantarnya ke sekolah.“ Kata Ibu Yublina A. Tahun, S.Pd, MM selaku kepala SD Negeri Oekamusa.
Sejak awal Kick off Program HBCC, SD Negeri Oekamusa boleh disebut sebagai salah satu dari 25 sekolah dasar dampingan program yang paling progresif merespon informasi terkait pembelajaran tatap muka yang harus segera dilaksanakan oleh satuan pendidikan. Selesai dari sosialisasi SKB 4 Mentri, ibu Yublina langsung menggerakan semua komponen di sekolah untuk membentuk Tim Satgas Pengamanan Covid-19 tingkat sekolah. Langkah cepat ini dilakukan mengingat sekolah ini berada di pinggiran Kota Soe yang berisiko tinggi terpapar COVID-19. Berikutnya mereka juga melakukan pendaftaran kesiapan belajar mengajar satuan pendidikan pada link kemdikbud. Dari hasil ini, kesiapan SD Negeri Oekamusa dalam Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) mencapai 100%.
Dengan hasil evaluasi PTMT yang baik tersebut, setelah sebelumnya PTM dilaksanakan dengan sistem shift, kini para siswa dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran secara penuh dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dalam semua aspek di sekolah.
Tentu saja untuk mendapat predikat sebagai sekolah yang siap melaksanakan PTMT, fasilitas pendukung harus tersedia secara cukup di sekolah. Selain tempat cuci tangan yang telah tersedia di sekolah, SD Negeri Oekamusa juga mendapat bantuan 3 unit WASHaLOT dari Program HBCC yang langsung digunakan oleh sekolah untuk menunjang kegiatan mereka. Ibu Yublina menjelaskan bahwa sebelumnya mereka juga sudah memiliki beberapa tempat cuci tangan yang dibeli di toko.
“Tapi nyatanya anak-anak ternyata lebih suka yang unik-unik sehingga sejak ada washalot, mereka lebih suka mencuci tangan menggunakan washalot. Menurut saya ini lebih baik karena lebih hemat air dan anak-anak jadi lebih sering mencuci tangan. Sehingga saya juga bilang ke guru-guru, kalau kita mau bikin apa-apa, kita bikin yang unik-unik seperti ini.” Kata Ibu Yublina saat menjelaskan kondisi setelah mereka menerima bantuan WASHaLOT 3.0.
Ibu dari 3 orang anak yang telah menjadi kepala sekolah sejak tahun 2007 ini juga menjelaskan bahwa selain WASHaLOT, mereka juga mendapat bantuan poster-poster yang saat ini sudah ditempelkan di semua tempat strategis yang bisa dilihat semua orang sehingga menjadi pengingat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan di sekolah.
Selain membentuk Tim Satgas COVID-19, Ibu Yublina juga menggerakkan guru untuk melatih anak-anak sebagai dokter kecil. Para dokter kecil ini diambil dari siswa-siswi kelas IV dan V yang terdiri dari 6 orang siswa dan 6 siswi. Mereka dilatih secara mandiri oleh ibu Yublina sendiri dan guru PJOK berdasarkan modul pelatihan dokter kecil yang pernah mereka dapat dari pelatihan sebelumnya.
“Kita juga punya alumni yang tinggal di sekitar sini yang sudah sudah menjadi dokter sehingga ada 3 orang yang kita minta untuk membantu melatih dokter kecil di sini sekaligus memberikan motivasi untuk anak-anak di sini.“ Kata Ibu Yublina menjelaskan strateginya untuk melatih dokter kecil di sekolahnya. Lebih lanjut ia juga mengatakan bahwa anak-anak sangat antusias menjadi dokter kecil karena saat ini mereka juga bercita-cita untuk menjadi dokter saat sudah besar nanti.
“Saya jelaskan ke orang tua mereka bahwa cita-cita anak-anak itu harus dibangun dari saat ini. Ini mimpi yang baik yang suatu saat bisa saja terwujud“ lanjutnya.
Ibu Dipju S. Y. Boimau, Guru PJOK yang juga anggota Satgas Covid-19 di SD Negeri Oekamusa ini juga mengatakan hal senada dengan kepala sekolahnya.
“Sebelumnya mereka kadang menunjukkan sikap yang tidak baik, nakal atau cengeng. Tapi kita membimbing mereka sehingga bisa menjadi contoh bagi teman-temannya yang lain. Kami juga membimbing dokter kecil untuk membantu guru-guru dalam Satgas untuk membersihkan halaman sekolah, ruang kelas, WC dan kamar mandi, selain itu tugasnya juga untuk memeriksa kuku setiap hari atau seminggu sekali, juga menimbang berat badan dan tinggi badan. Setiap hari mereka juga membantu guru untuk test suhu, sampai belajar mengisi daftar periksa.“ Kata guru yang akrab disapa Ibu Mima ini.
Di sisi yang lain, Cantika Mamo, siswi kelas IV yang terpilih sebagai dokter kecil mengatakan bahwa ia bangga bisa menjadi dokter kecil sehingga setiap hari bisa membantu guru mengatur teman-temannya yang tidak taat protokol kesehatan. Dia juga mengakui bahwa selama menjadi dokter kecil banyak juga tantangan yang dialami dia dan teman-teman dokter kecil yang lain karena banyak anak-anak yang tidak mau mendengar arahan dari mereka karena merasa sebaya.
“Banyak yang tidak mau pakai masker, tidak mau mencuci tangan dan tidak mau mengukur suhu tubuh. Bila ada yang melawan kita menulis nama mereka di buku dan menyerahkan ke guru.“ Sahut Cantika menjelaskan strateginya mengatasi rekan sebayanya yang tidak patuh.
Ibu Yublina sendiri mengakui peran dokter kecil dalam mengawal ketaatan warga sekolah terhadap protokol kesehatan.
“Mereka membantu guru untuk memeriksa anak-anak yang akan masuk ke lingkungan sekolah dengan thermogunm, memeriksa kebersihan teman-temannya, masker, bila ada masker yang kotor, atau robek, langsung diganti dari masker yang disediakan oleh sekolah. Setiap anak-anak yang maskernya bermasalah itu dicatat namanya oleh dokter kecil, dan juga mencatat jumlah masker yang dikeluarkan. Kita juga pasang poster cuci tangan dan pakai masker di semua tempat sehingga setiap orang yang masuk atau hilir mudik di sekolah ini pasti akan bisa membaca semua pesan dalam poster. Mungkin karena ini sehingga akhir-akhir ini semakin sedikit anak yang maskernya bermasalah. Hampir semuanya datang sudah bersih“ Jelasnya lagi. #dkl