Tidak semua sekolah memiliki akses ke tempat cuci tangan yang memadai. Kalaupun ada, itu hanya bisa dijumpai di sekolah-sekolah yang berada di kota, sementara banyak sekolah terutama di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih banyak didapati sekolah yang tidak memiliki akses tempat cuci tangan sama sekali. Kalau pun ada, fasilitas yang satu ini sudah usang bahkan terkesan kotor dan pecah pada beberapa bagiannya. Dan, di beberapa sekolah yang jauh dari sumber air bersih, penggunaan tempat cuci tangan model lama ini malah menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah, karena harus juga memikirkan solusi yang tepat untuk menyediakan air bersih di sekolah di era pandemi COVID-19 saat ini.
Melihat kondisi yang ada, Perkumpulan Relawan CIS Timor dengan dukungan dari Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) hadir dengan Program Harnessing the power of hygiene and behavior change in schools to fight COVID-19 in TTS, NTT. Program yang mendampingi dan memfasilitasi kesiapan 25 sekolah model/dampingan dalam menerapkan langkah-langkah kesiap-siagaan pandemi (PPR) berdasarkan pedoman tanggap COVID-19 oleh Kemendikbud.
GIZ sendiri secara khusus mengembangkan tempat cuci tangan model baru sehingga diharapkan bisa mengatasi persoalan bagi sekolah-sekolah yang memiliki masalah ketersediaan air bersih. Alat ini dibuat dari pipa diameter 4 dim dengan panjang antara 2 – 3 meter dengan kran yang secara mekanis akan mengeluarkan air hanya pada saat disentuh, inilah yang dapat mengurangi jumlah air yang dibutuhkan untuk mencuci tangan seminimal mungkin. Alat unik yang kemudian disebut WASHaLOT 3.0 ini nyatanya dapat dibuat sendiri, mudah dipasang dengan cepat, mudah dalam perawatan, dan perbaikan. WASHaLOT 3.0 ini diharapkan juga dapat mengurangi beban sekolah untuk membangun dan menyediakan tempat cuci tangan mereka sendiri.
Sebanyak 78 unit WASHaLOT inilah yang didistribusikan ke 25 sekolah dampingan Program HBCC, dengan masing-masing sekolah mendapat bantuan sebanyak 3 unit. Sekolah-sekolah ini tersebar di 21 Desa dalam 12 kecamatan di Kabupaten TTS, antara lain: SD Inpres Panite II, SD Negeri Toifau, SD GMIT Matsio, SD GMIT Oehani, SD Inpres Nismakapa, SD Inpres Kolbano, SD Inpres Noesopu, SD GMIT Hoibeti, SD GMIT Kot’Olin, SD Inpres Kilobesa, SD Inpres Liman, SD Negeri Oekamusa, SD Inpres Nobi-Nobi, SD Inpres Oefau, SD Negeri Toinaimnuke, SD GMIT Oinlasi, SD GMIT Oetune, SD GMIT Oelbubuk, SD Negeri Sakteo, SD GMIT Tunua, SD Inpres Ajaobtomas, SD Inpres Nefotes, SD Negeri Fatukoto, MI Nurul Huda Soe dan MI Miftahudin Oe’Ekam.
Proses Distribusi dan Pelatihan Penggunaan Alat
Proses distribusi WASHaLOT 3.0 ke 25 sekolah menggunakan mobil pick up dengan jalur distribusi dibagi menjadi tiga jalur dengan target waktu distribusi selama 3 hari untuk semua sekolah. Kegiatan kemudian dimulai pada tanggal 6 Oktober 2021 di mana tim berhasil mendistribusikan WASHaLOT ke 7 sekolah dampingan yang berada di wilayah Mollo. Pada tanggal 7 Oktober 2021 distribusi dilanjutkan ke 9 sekolah yang berada di wilayah tengah/Niki-Niki dan berakhir pada tanggal 08 Oktober 2021 di 9 sekolah yang berada di wilayah selatan/Kolbano.
Banyak kendala yang dihadapi oleh Tim pada saat distribusi WASHaLOT 3.0 dari satu sekolah ke sekolah yang lain. Selain akses jalan dan medan yang sulit, jarak antara sekolah yang satu dengan sekolah lain sebagian besar berjauhan, hanya ada beberapa sekolah yang jarak sekolahnya berdekatan sehingga bisa lebih menghemat waktu. Sementara akses jalan membuat tim harus bekerja ekstra karena beberapa kali mobil yang dipakai tidak mampu melewati jalur ekstrim yang ada sehingga tim harus membantu mendorong mobil tersebut agar dapat melanjutkan perjalanan.
Lamanya perjalanan membuat beberapa sekolah akhirnya harus menunggu tim distribusi hingga malam hari untuk bisa menerima alat ini. Beruntung hal ini bisa dimaklumi oleh pihak sekolah karena tim masih harus ke sekolah lain sebelum tiba di sekolah mereka.
Setelah WASHaLOT 3.0 diterima oleh pihak sekolah, hal selanjutnya yang dilakukan oleh tim CIS Timor pada saat itu juga adalah memberikan pelatihan cara pemasangan dan penggunaan WASHaLOT 3.0 kepada pihak sekolah. Dua buah WASHaLOT 3.0 dipasang oleh tim sementara satunya dipasang oleh pihak sekolah. Hal ini bertujuan agar sekolah dapat memasangnya secara mandiri setelah melihat contoh yang diberikan oleh tim.
Setelah pemasangan WASHaLOT selesai, tim menjelaskan kepada kepala sekolah, guru, dan penjaga sekolah tentang cara penggunaan dan pemeliharaan WASHaLOT 3.0 dan langsung mempraktikannya bersama-sama. Selain itu, siswa-siswi juga diberitahukan cara penggunaan melalui kegiatan feedback sessions on SOP for students di 25 sekolah masing-masing. Momen ini dipakai untuk memberikan sosilalisasi kepada anak-anak cara penggunaan dan pemeliharaan WASHaLOT 3.0 sekaligus demo bersama siswa-siswi dan guru mempraktikan 11 cara cuci tangan pakai sabun di bawah air mengalir yang baik dan benar menurut WHO.
Kepala SD Inpres Ajaobtomas, Bapak Isak Y.N. Beukliu, S.Pd.S.D pada saat menerima WASHaLOT ini mengatakan “Kami sangat berterima kasih kepada CIS dan GIZ karena lewat program ini kami dapat bantuan tempat cuci tangan. Ini tempat cuci tangan sangat hemat air, apalagi sekarang air Bonleu macet-macet jadi kami harus beli air di viber. Kebutuhan air di 16 WC saja sudah banyak ditambah dengan tempat cuci tangan yang ada di depan 12 ruangan kelas. Tapi dengan adanya ini tempat cuci tangan, walaupun anak-anak pakai cuci tangan dari pagi datang sekolah sampai pulang juga air di dalam tempat cuci tangan masih ada.” #sarah #dkl