“Saya buat ini supaya jadi motivasi buat mereka yang belum buat, ada TSB mereka, BPD bahkan Pemerintah Desa yang lain”.
Ismail Unu berusia 43 tahun adalah salah seorang Aparatur Sipil Negara yang terpilih menjadi Kepala Desa Tagawiti, di Kabupaten Lembata jarang ASN yang menjadi kepala Desa. Pak Ismail pertama kali mengetahui tentang Perubahan Iklim ini pada Sosialisasi Program Child-Centered Climate Change Adaptation 4CA (Adaptasi Perubahan Iklim Berpusat Pada Anak)didanai oleh Kementrian Lingkungan Hidup Jerman (BMUB) yang diselenggarakan di Aula Kantor Bupati 15 Maret 2016 yang lalu oleh Plan Internasional Indonesia Area Lembata yang bermitra dengan CIS TIMOR.
Setelah itu pak Ismail mulai terlibat dalam kegiatan Kajian CVCA tingkat Kecamatan, serta Kajian CVCA, Pembentukan Tim Siaga Bencana Desa (TSB Desa) serta penyusunan Rencana Aksi Masyarakat ditingkat Desa. Antusiasme ditunjukkan oleh pak Ismail dengan aktif dalam diskusi hingga berinisiatif sendiri untuk mengangkat isu Perubahan Iklim ini ditingkat Gereja (Stasi) dan disambut baik juga oleh Dewan Stasi.
Setelah melalui rangkaian kegiatan kajian di tingkat desa maka Pak Ismail beserta BPD Tagawiti membentuk tim penyusun Perdes Penertiban Ternak karena salah satu tantangan adalah ternak yang berkeliaran bebas maka akan sia – sia sudah rencana aksi penghijauan yang akan dilakukan oleh TSB Desa Tagawiti. Tim penyusun tersebut sudah terbentuk dan sementara pada tahapan pembahasan ditingkat Desa, sementara itu juga karena dalam pembahasan didapati perlunya untuk dibuat Perdes yang spesifikasi melindungi Kawasan Hutan Desa maka dimintalah Pendampingan lagi dari CIS Timor untuk membantu Tim Penyusun Perdes terkait Hutan Desa, diharapkan kedua Perdes ini bisa rampung pada tahun 2017 agar segera diberlakukan.
Disamping dukungan akan Aksi Adaptasi perubahan iklim dari sisi Pemimpin desa yaitu Pembuatan Peraturan Desa, bapak Ismail juga membuat lubang yang berfungsi sebagai lubang tanam air sebagai bentuk Adaptasi dan juga untuk menanam pohon bentuk mitigasi, metode ini bapak Ismail mempraktekknya juga di rumahnya, dengan menanam pohon dengan membuat lubang resapan, kemudian jebakan air pada jalur banji didepan rumah “Saya buat ini supaya jadi motivasi buat mereka yang belum buat, ada TSB mereka, BPD bahkan Pemerintah Desa yang lain”. Saat ini bapak Ismail mempunyai 7 lubang resapan, 5 diantaranya sudah ditanami pohon dengan menaruh dedaunan kering dan cercahaan batang pisang terlebih dahulu sebagai kompos, “saya juga buat tempat khusus buat saya tanam lombok, ubi dengan disekitarnya saya buat lubang resapan disekitarnya supaya tanahnya lembab terus”. Sedangkan di sekitar kantor desa bapak ismail membuat 4 lubang dengan metode yang sama, saat ini masih diisi dengan dedaunan sebagai kompos dan siap untuk ditanami anakan pohon.
Dari hasil Kajian Climate Vulnerability Capacity Analysis (CVCA) didesa Beutaran dan Tagawiti mendapati ancaman Kekeringan dan kebakaran yang paling tinggi, sehingga rencana aksi dari tim siaga bencana adalah salah satunya Penghijauan dibukit Holoriang, karena tanah tersebut adalah tanah ulayat sehingga perlu adanya seremoni 2 desa tersbut dan Bapak Ismail saat ini sedang menginisiasi juga pertemuan para tokoh adat, agama, tuan tanah dan pemerintah desa Tagawiti dan Beutaran terkait rencana aksi penghijauan di bukit Holoriang. “ini semua juga tergantung pola pikir masyarakat untuk tidak melepas ternak di bukit tersebut agar tanaman pohon nantinya bisa hidup dan menyerap air sebanyak – banyaknya”, direncanakan setelah perayaan Paskah akan diadakannya pertemuan tersebut sekaligus memikirkan strategi penghijauan di sepanjang bukit holoriang.***
Pedjo Katu : PO CIS Timor Program Child-Centerd Climate change Adaptation (4CA)- PLAN International, Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata